Sebuah Ucapan Ulang Tahun
Halo gan, hari ini aku akan memberikan kalian sebuah cerita. Silakan dibaca dan komentari.
Sebuah Ucapan Ulang Tahun
Malam yang sangat dingin. Seorang
lelaki sedang melawan musuh seorang diri. Tak ada yang ingin membantunya. Heh, mungkin aku memang seorang loner,
pikirnya. Apakah aku masih bisa memenangkannya? Meskipun hanya sendirian?
Setelah dia berpikir begitu, dia pun langsung menyerangnya tanpa rencana
apapun—kecuali langsung maju dan menyerangnya dengan kekuatan brutal. Di saat
dia akan kalah, rekan-rekannya datang menyelamatkannya.
“Hei Ren, apa kau baik-baik saja? Kau
hampir dikalahkan oleh musuh selemah itu” kata seorang lelaki lain padanya
sambil menyembuhkannya.
“Ya, aku, baik-baik saja,” kata Ren
dengan nada yang agak berat.
“Ya udah, kalau begitu. Ingat, kalau
mau menyerang, tanya dulu pada kami. Biar kami membantumu, janganlah menyerang
asal-asalan. Oke bro?” katanya lagi dengan semangat.
“Ya, ya, makasih bro”. “iya bro,
sama-sama” jawabnya lagi.
Setelah semua itu, mereka akhirnya
memenangkan pertarungannya. Ya, meskipun hanya sebuah permainan, mereka semua
sangat senang karena ini baru pertama kalinya Ren bermain dan mendapatkan
kemenangan pertamanya. Huh, akhirnya
semuanya telah selesai kata Ren dalam hati. Dia mengecek handphonenya,
ternyata dia telah bermain selama satu jam! Aku lelah, pikirnya. Aku bahkan
belummenyiapkan buku untuk sekolah besok. Lalu Handphone Ren berbunyi. Ada
sebuah pesan masuk. Hmm, kira-kira dari
siapa ya? Aku kan' tidak pernah mendapatkan satu pesan pun dari teman-temanku
pikirnya dalam hati.
Hei Ren, besok adalah ulang tahun Asaka. Bagaimana menurutmu?
Apa yang akan kamu berikan padanya? Dia itu sangat mengharapkan sebuah hadiah
dari kau loh. Kan' dia suka pada kamu, hehe.
Huh, dasar Kiria, pikirnya. Kalau
aku bertemu dengannya besok, dia akan kubunuh. Not literally. Yah, sudah
beberapa hari ini, tingkah Asaka menjadi aneh ketika berada didekat Ren.
Semuanya terjadi hanya akibat sebuah Kejadian kecil sepulang sekolah.
Waktu itu, Ren yang paling terakhir
pulang—mungkin karena hanya dia yang tidak ingin bergaul dengan temannya saat
itu. Dia berjalan dikoridor sekolah. Dia lagi memikirkan mengenai ujian
semester yang akan diahadapi. Tiba-tiba,
entah darimana, seseorang menabraknya—atau dia yang menabraknya? Ren sama
sekali tidak sempat melihat wajah dari orang tersebut. Dia hanya terjatuh
kesakitan sambil membantu orang tersebut.
“Aduh, duh. Hei, apakah kau baik-baik
saja? Sini biar aku bantuin” kata Ren sambil membantu orang tersebut.
“Hmm, i-iya, terima kasih, a-aku
baik-baik saja” jawabnya dengan nada yang lembut. Dia pun melihat wajah dari
gadis tersebut.
“Loh, bukankah kau adalah Asaka?
Siswi dari kelas IX B? aku jarang melihatmu keluar dari kelasmu. Tapi, kadang
kau ke kelasku untuk mencari Kiria” setelah mendengar perkataannya dia
melihatnya dan menjawab
“I-iya, memangnya kenapa? A-apakah
ada yang ingin kau katakan kepadaku?” jawabnya agak gugup.
“Hehe, bukan apa-apa. Aku hanya ingin
berkata bahwa terima kasih ya, atas bantuanmu waktu itu”.
“Heh? Bantuan apa? Kita kan’ tidak
pernah bertemu, apalagi aku yang membantumu,” ujar Asaka dengan kaget.
“Apa kau lupa? Waktu itu pelajaran
bahasa. Aku disuruh membawa gitar, tapi aku tidak bawa. Kemudian aku tanya
Kiria apa dia bisa mencari gitar. Nah, kebetulan kau membawanya, jadi Kiria
yang pergi ke kelasmu dan meminjamnya. Kau ingat?” ujar Ren lagi dengan sebuah
penjelasan.
“Oh, waktu itu Kiria datang dan ingin
meminjam gitarku” ingat Asaka dengan jelas.
“Oh iya, kita kan’ belum kenalan
secara langsung. Aku Ren, senang bertemu denganmu” kata Ren dengan sebuah
senyuman.
“I-iya, aku Asaka, s-senang bertemu
denganmu” ujarnya dengan wajah tersipu.
“Ehm, Asaka~ apa yang kau lalukan~”
ujar seorang gadis yang “kebetulan” lewat.
“Eh! K-Kiria?! A-apa yang k-kau
lakukan disini?!” Tanya Asaka dengan nada agak teriak.
“Hehe, jadi, Asaka? Apakah dia?
Lelaki impianmu? Haha” cetus Kiria. Setelah mendengarkan perkataan tersebut,
wajah Asaka berubah merah.
“B-bukan begitu! A-aku hanya
menabraknya, dan kami berbicara s-sebentar. A-aku—“ sebelum dia selesai
berbicara, Ren langsung berdiri dan berkata
”Ini, buku-bukumu. Aku harus pergi
sekarang. Masalahnya ayahku Mungkin akan membunuhku jika aku tak pulang
sekarang, dah” ujarnya sambil pergi dari tempat tersebut.
Sejak kejadian tersebut, Ren sering
diolok-olok oleh teman-temannya, terutama Kiria. Meskipun dia adalah teman
sekelasnya, sekaligus tetangganya, dia tetap takkan pernah bisa memaafkannya. Ya, daripada aku mengingat masa lalu, lebih
baik aku tidur saja dan menunggu besok, pikirnya. Mungkin saja aku akan sendiri lagi di kelas.
Keesokan paginya disekolah, Ren datang
paling pertama disekolah. Dia datang cepat karena hari ini merupakan hari ia
bertugas membersikan kelas. Sebenarnya dia biasanya datang lebih lambat
daripada ini, bahkan pada hari menyapunya, akan tetapi dia dibujuk oleh Kiria
untuk cepat datang karena dia memiliki sesuatu untuknya. Ren menunggu sambil
membersihkan kelasnya. Waktu terus mengalir, teman-temannya pun datang satu
persatu. Hingga akhirnya Kiria pun datang dengan Asaka.
“Dah, Kiria aku akan ke kelasku dulu
ya” ujar Asaka kepada Kiria.
“Tunggu dulu, Asaka, aku ingin
mengucapkan satu hal dulu. Selamat ulang tahun ya Asaka. Semoga kamu lebih
pintar, cantik, dan lebih disukai oleh Ren. haha” ucap Kiria pada Asaka.
”Huh, kau ini. Ya terima kasih atas
ucapannya. Dan janganlah bicara seperti itu, a-aku tidak m-menyukainya” ujar
Asaka dengan wajah merah.
“Hmm, ada apa ini? Kenapa wajahmu
yang begitu cantik jadi merah begitu? Baiklah kalau begitu. Bagaimana jika aku
memberimu hadiah yang sangat istimewa, bagaimana?” Tanya Kiria kepada Asaka.
“Boleh saja asalkan itu tidak akan
merepotkanmu” jawab Asaka dengan tenang.
“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu
ya, semoga harimu menyenangkan Asaka~” ujar Kiria sambil berlari ke kelasnya.
Huh, anak itu, pikir Asaka sambil menghela nafas.
Ren sedang menyapu halaman kelasnya
hingga,
“Hei Ren! Lama tidak berjumpa! hehe”.
Mendengarkan suara Kiria saja sudah membuat Ren lelah mengerjakan apa yang
sedang ia lakukan.
“Apa maumu Kiria? Tidakkah kau lihat
aku sedang sibuk?” jawabnya tanpa menolehnya.
“Huh, Ren, jangan begitu. Apakah kau
mendapatkan pesanku tadi malam? Begini aku ada permintaan dari sahabat saya,
dan aku ingin kau membantuku. Oke?”
“Apa? Sebuah permintaan? Dengar ya,
aku tidak tahu apa masalahmu tapi biarkanlah aku sendiri disini. Masih banyak
hal yang aku ingin renu—maksudku pikirkan” Ujar Ren dengan Tegas.
“Oh, begitukah? Maksudmu hal-hal
seperti, Asaka?” Kiria dengan wajah licik.
“T-tidak, bukan begitu! A-aku hanya—“
sebelum dia selesai bicara Kiria langsung memotongnya.
“Hah! Sudah kuduga. Ini tentang Asaka
kan’? Kalau begitu bantulah aku. Begini, setelah sepulang sekolah bisakah kamu
tinggal sebentar? Nanti jika sudah siap aku akan memanggilmu. Oke?” ujar Kiria
dengan senyuman mengejek.
“Ya, ya, pulang sekolah kan’? aku
akan menunggu” Ren terima tersebut.
Seiring waktu berjalan, seluruh
pelajaran pun hampir selesai. Ren kini memikirkan apa permintaan yang akan
dilakukan olehnya nanti. Dia melirik kearah
Kiria. Kiria membalasnya dengan sebuah senyuman licik di wajahnya. Mungkin ini ide yang buruk, pikirnya.
Akan tetapi dia tahu bahwa Asaka menyukainya dan dia pikir tidak ada salahnya
untuk mencobanya. Kan’?
Bel pertanda sekolah telah berakhir
akhirnya berbunyi. Ren menunggu hingga semua teman-temannya pulang lebih duluan
daripada dia. Semenit telah berlalu, 10 menit, bahkan sudah sejam Ren menunggu
didepan kelas untuk arahan dari Kiria. Tiba-tiba,
“Hei Ren! Apakah kau tidak marah?”
Tanya Kiria dengan cemas
“Untuk apa aku marah?” Tanya Ren
heran.
“Karena aku membuatmu menunggu lama
untuk permintaanku yang satu ini. Hehe” jawab Kiria dengan ceria.
“Huh, kau ini. Ya sudah, kita akan
pergi kemana sekarang?”
“Kalau itu, tunggulah saja disini,
sesuatu menarik akan datang” ujarnya lagi
“Sebelum itu, kenapa kau tiba-tiba
menjadi sok misterius? Tanyanya
“Yah, itu karena—aduh! Sialan, aku
harus segera memanggilnya. Tunggu aku ya hehe” perginya tanpa petunjuk apa-apa.
Duh, anak itu. Dia akan membuatku menunggu berapa lama lagi? Ujarnya dalam
hati.
Setelah menunggu sekian lama lagi,
Ren akhirnya memutuskan untuk pergi dari kelasnya. Dia mengecek kelasnya dan
menguncinya. Di saat dia akan pergi, Kiria datang untuk mencegatnya.
“Hei Ren, tunggu dulu. Jangan pulang
dulu. Permintaanku belum kau selesaikan. Sini ikuti aku” Kiria memengang tangan
Ren dan menyeretnya hingga ke kelas Asaka.
“H-hei, K-kiria, tunggu d-dulu. Mau
apa kau?” Tanya Ren tergesa-gesa.
“Yah, kalau itu, udah ikut saja
denganku. Akan ada sesuatu yang istimewa berlangsung,hehe” jawabnya dengan
penuh semangat.
Sesampainya di kelas Asaka, Kiria mencarinya
dimana-mana. Dia tidak dapat ditemukan dikelasnya. Aneh? Pikirnya. Padahal
tasnya masih ada di dalam.
“Aneh? Kok, dia tidak ada
dikelasnya?” ujar Kiria dengan heran.
“Kiria, dengar. Aku tidak tahu apa
masalahmu tapi aku tidak mau terlibat didalamnya. Aku mau pulang dulu” cetus
Ren dengan wajah agak marah. Dia lalu berjalan menuju pintu keluar kelas Asaka.
Kiria memanggilnya dengan nada cemas.
“Hei Ren, tunggu dulu! Jangan pergi
dulu!” cemas Kiria.
“Aku sudah mendengarkan setiap
kata-katamu. Tapi tidak ada hal yang istimewa. Benarkan? Aku mau pulang dulu.
Ayahku pasti akan membunuhku sekarang” Jawab Ren dengan lantang.
“Tapi, Ren, a-aku, di depanmu ada—“
Kiria tiba-tiba tersenyum.
“Huh? Ada apa didepanku” Ren menoleh
kedepan. Dan tiba-tiba,
“Aduh, Duh. Maafkan aku. Aku tidak
melihat arah jalanku, jadi maafkanlah aku. Sini biarku bantu” ujar Ren meminta
maaf kepada siswa tersebut. Déjà vu pikirnya. Apakah hal ini pernah
terjadi?
“Aduh. I-iya terimah kasih” ujar
siswa itu dengan nada lembut.
“Hah? Asaka? Kamu kenapa? Darimana
saja kau? Aku mencarimu dari tadi” kata Kiria kepada Asaka.
“Huh? Tapi, bukankah kau yang
menyuruhku—“ Tapi sebelum Asaka menyelesaikan Ucapannya, dia langsung menutup
mulutnya ketika melihat ada Ren didepannya. Wajahny mulai memerah.
“Eh! R-Ren? Apa y-yang kau l-lakukan
dis-sini?” Tanya Kiria gugup dengan wajah semerah tomat.
“Yah, tidak banyak. Hanya saja aku
diseret kedalam hal ini. Hehe” ujar Ren.
“Hmm, yah, kelihatannya begitu,”
Asaka tertawa kecil.
Terdapat sebuah kesunyian antara
mereka berdua.
“Omong-omong, Asaka. Mengapa kamu
tinggal di sekolah hingga jam segini?” Tanya Ren.
“Yah, aku lagi mengerjakan sesuatu.
Ini semua buku yang aku pinjam dari perpustakaan, hanya untuk megerjakan tugas
saya” Jawab Asaka agak tenang.
“Oh, jadi, hanya itukah alasanmu?
Kupikir bukan hanya itu,” ujar Ren agak kesal.
“Eh? A-apa maksudmu? B-bukan hanya
itu?" Tanya Asaka dengan wajah agak merah.
“Maksudku, apakah ada hal-hal lain
yang membuatmu tinggal disekolah begitu larut?” Tanya Ren dengan heran.
“Yah, i-itu, a-aku—“ sebelum Asaka
menjawab pertanyaan tersebut Kiria langsung memotong pembicaraan.
“Yah, yah. Sudah dulu cinta cintanya.
Sudah agak gelap diluar. Ayo kita pulang, hehe” Kiria merusak momennya.
Yah, mereka memang sudah berada di
sekolah sejak spulang tadi. Mereka bertiga pun berjalan menuju ke gerbang
sekolah. Kiria langsung pamit pulang kepada Ren dan Asaka.
“Dah, Ren. Asaka. aku pulang duluan
ya. Semoga kalian baik-baik saja~. oh iya, Ren. Semoga beruntung ya~” Kiria
meninggalkan mereka berdua.
Huh, Dasar Kiria, pikir Ren dalam hati. Mengapa kau selalu melibatkanku dalam setiap masalahmu? Kini, hanya
kesunyian melanda mereka berdua. Kemudian Ren mencoba untuk memecahkan
kesunyian.
“Hei Asaka. Apakah kamu mau pulang?”
Tanya Ren agak gugup.
“Hmm, iya. Penjemputku sedang dalam
perjalanan kesini” jawab Asaka sambil menyimpan handphonenya.
“Kalau begitu, ayo kita menunggu
penjemputmu disini” sahut Ren tersenyum.
“B-baiklah,” Jawab Asaka dengan wajah
memerah.
Kesunyian kembali melanda mereka
berdua. Kadang mereka berdua saling melihat satu sama lain ketika yang lain
menoleh kea rah lain. Mungkin, pada saat itu, Ren akhirnya merasakan apa yang
dirasakan Asaka kepadanya selama ini—atau Mungkin tidak. Sekian lama mereka
menunggu, akhirnya Asaka mendapatkan pesan dari penjemputnya mengatakan bahwa
sebentar lagi dia akan sampai, jadi dia diminta untuk menunggunya sebentar
lagi. Kesunyian dipecahkan oleh Asaka kali ini.
“Ren, terima kasih, mau menunggu
bersamaku. Aku sangat menghargainya, penjemputku akan segera datang, jadi aku
akan segera pergi keluar,” Sahut Asaka kepada Ren.
“I-iya” jawab Ren dengan pelan. Setelah
mendengarkan itu, Asaka melihat Ren agak merah—gugup Mungkin?
“Kalau begitu, aku mau pergi dulu
Re—“ Ren langsung memegang tangan Asaka. Wajah
Asaka langsung memerah.
“T-tunggu dulu. Sebelum kau pergi ada
yang ingin aku katakan kepadamu” sahut Ren dengan wajah agak merah.
“A-apa yang i-ingin k-kau katakana
p-padaku?” Tanya Asaka agak gugup.
Ren mendekatkankan dirinya dengan
Asaka. Hingga, dua wajah saling bertatapan. Meskipun Ren agak lebih tinggi dari
Asaka, Asaka bisa melihat wajah yang agak merah dari Ren. Begitu pun
sebaliknya.
“Ini” kata Ren sambil mencium kening
Asaka.
“Selamat ulang Tahun, Asaka”
Tamat
Karya : Ananda Pratama Suranta
0 komentar:
Posting Komentar